Click Me!
" Selamat Datang di Website Resmi SDN Brebeg 03"

Friday 18 October 2013

Tips Menjadi Guru Kaya

No comments:
 Tips Menjadi Guru Kaya

Kalau kita bicara guru, yang terbayang di depan kita adalah gambaran seperti Oemar Bakrie yang dinyanyikan Iwan Fals. Bersepeda ke sekolah, dengan pakaian sederhana, dan untuk mencukupi kebutuhan sehari-haripun masih kurang. Gambaran itupun sekarang ini masih relevan di mana masih banyak guru-guru honorer yang penghasilannya setiap bulan masih jauh dari kata mencukupi.

Simak saja pengalaman Hendra, bukan nama sebenarnya, seorang guru yang setelah mengajar harus menjadi tukang ojek agar bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Pengalaman lain yang jelas nyata adalah ibu Musrifah dalam Laskar Pelangi, guru desa yang dibayar dengan beras, yang harus menerima jahitan agar bisa menambah penghasilannya.

Kondisi miris semacam itu memang mengenaskan. Dan celakanya, kondisi itu seakan sudah menjadi “takdir” dan gambaran umum yang harus diterima begitu saja bahwa dengan menjadi seorang guru, maka siap-siaplah untuk hidup susah karena penghasilannya kurang.

Kabar baiknya, dengan program pemerintah melalui sertifikasi guru, sekarang ini guru-guru yang sudah menjadi pegawai negeri (PNS) relative jauh lebih meningkat penghasilan dan kesejahterannya secara signifikan. Di Jakarta misalnya, seorang guru yang sudah memiliki sertifikat guru, bisa mendapatkan penghasilan bulanan kurang lebih Rp 5 juta, sebuah angka yang mencukupi untuk hidup layak di Jakarta.

Paradigma yang sudah berlangsung lama ini, diwariskan lagi kepada generasi mahasiswa calon-calon guru, yang akhirnya membentuk paradigma bersama bahwa profesi guru tidak bisa menjadikan kita kaya. Menurut saya, saatnya sekarang ini melakukan revisi dan mengubah paradigma tersebut, karena kaya atau miskin bukanlah masalah profesi.

 Profesi bukanlah satu-satunya faktor yang membuat kita menjadi miskin atau kaya. Faktor yang lebih penting adalah tentang cara kita mengatur penghasilan dan pengeluaran. Jika bisa mengelola penghasilan dan pengeluaran dengan baik, menjadi kaya, itu adalah hak siapa saja dengan profesi apa saja, termasuk guru.

 Pertanyaannya kemudian, apakah menjadi kaya itu penting bagi seorang guru? Jawaban saya, tentu saja penting. Uang memang bukan segala-galanya di dunia ini. Tetapi uang adalah salah satu modal penting untuk meningkatkan kualitas hidup pribadi, keluarga, masyarakat, dan bangsa serta Negara secara umum.

Seorang guru yang tercukupi kesejahteraan hidupnya, akan lebih mudah untuk bekerja sebagai guru secara profesional. Ia tidak lagi berpikir bagaimana menghidupi keluarganya, sehingga acap meninggalkan tugas-tugas yang harus dilakukannya sebagai seorang guru. Seorang guru yang tercukupi kesejahterannya akan lebih mudah untuk mencurahkan segenap waktunya untuk kepentingan persiapan proses belajar mengajar secara lebih baik.

Berikut ini beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk menyiapkan diri kita menjadi guru kaya:

Pertama, kelola gaya hidup. Salah satu hal yang menjadi kunci keberhasilan seseorang dalam mengelola penghasilan adalah bagaimana ia mampu mengelola gaya hidup. Gaya hidup adalah mengenai cara kita menghabiskan uang dan waktu. Terdapat perbedaan penting antara “kebutuhan” dan “keinginan”. Kita harus mampu mengetahui perbedaan antara kebutuhan dan keinginan ini agar kita tidak terjebak untuk selalu memenuhi keinginan hidup yang memang tidak akan ada habisnya.

Dalam sehari-hari, kita butuh untuk makan. Kebutuhan makan ini bisa kita penuhi dengan membeli makanan yang memang dibutuhkan ataupun kita memenuhi keinginan kita untuk selalu makan enak di restaurant, makan penuh gengsi di café-café, dan berbagai makanan lain yang berharga mahal.

Contoh lain adalah tas kerja. Tas kerja adalah kebutuhan sehingga kita harus membeli. Tetapi apakah kita harus mengikuti keinginan kita untuk membeli tas kerja yang bermerek, kalau bisa mereknya luar negeri, itu merupakan keinginan yang tidak akan berhenti karena tidak ada batasnya.

Demikian juga dengan baju yang kita pakai. Baju adalah kebutuhan yang harus kita beli. Tetapi apakah kita juga mesti memenuhi keinginan kita untuk membeli baju-baju bermerek yang mahal harganya sekedar membikin decak kagum orang-orang di sekitar kita?

Handphone sebagai alat komunikasi adalah kebutuhan. Tetapi mesti dipikirkan ulang, apakah mempunyai handphone mahal merupakan kebutuhan, ataupun sekedar keinginan kita agar bisa bergaya di depan teman-teman?

Dengan mengetahui perbedaan antara kebutuhan dan keinginan ini, akan lebih mudah bagi kita untuk mengontrol barang-barang yang kita beli. Sebelum kita memutuskan membeli sesuatu, pertanyaan pertama yang terbersit kemudian adalah; apakah membeli produk ini, dengan merek ini, dengan harga segini, adalah kebutuhan atau keinginan? Tanyakan itu kepada nurani sehingga kita bisa mengelola nafsu konsumtif kita masing-masing agar tidak selalu membelenggu.

Kedua, harus ada penghasilan tetap. Berapapun besarnya, penghasilan tetap haruslah ada. Dengan penghasilan tetap ini, setidaknya akan memudahkan kita dalam mengelola keuangan keluarga. Jadikan penghasilan tetap ini sebagai dasar perencanaan pengeluaran setiap bulannya.

Penghasilan tetap ini harus dikelola dengan sebaik-baiknya, dan digunakan terutama untuk memenuhi kebutuhan utama. Idealnya, setiap bulannya kita memiliki level aman penghasilan di mana kebutuhan sehari-hari kita bisa terpenuhi. Jika penghasilan tetap kita tidak memenuhi, langkah selanjutnya adalah bagaimana membuka berbagai kemungkinan untuk mendapatkan penghasilan tambahan dari sumber-sumber lain.

Ketiga, buka kemungkinan mendapatkan penghasilan lain. Tidak ada larangan sama sekali bagi guru untuk mendapatkan penghasilan lain di luar profesi yang sudah dijalani. Banyak potensi yang bisa dikembangkan melalui upaya, kerja keras serta kreativitas dalam mengembangkan berbagai ide yang ada.

Akan jauh lebih baik jika potensi yang dikembangkan adalah yang terkait dengan profesi keguruan. Keterampilan menulis adalah salah satu keterampilan komplementer dari seorang guru yang sangat menunjang peningkatan prestasi kerja. Seorang guru mendapatkan penghasilan tambahan dari menulis artikel di media massa dan juga menulis buku-buku, baik yang terkait dengan materi pengajaran maupun buku-buku umum. Di samping itu, karya-karya yang sudah dipublikasikan inipun bisa menjadi salah satu poin penting untuk program sertifikasi guru.

Menjadi peneliti bidang pendidikan juga adalah kegiatan lain yang memungkinkan. Selain itu, pengalaman dalam melakukan proses belajar mengajar bisa dibagikan kepada orang lain dengan menjadi instruktur pelatihan.

Dengan mengembangkan berbagai potensi yang terkait dengan profesi keguruan, akan sejalan dengan program pengembangan diri yang kita canangkan sekaligus membuka kemungkinan mendapatkan penghasilan lain yang bisa jadi bisa berkembang jauh lebih besar.

Menulis buku misalnya, dengan royalty sekitar 10%, jika buku kita dijual dengan harga Rp 50.000, maka dari setiap buku pengarang akan mendapatkan Rp 5.000. Jika satu buku bisa terjual 10.000 eksemplar, maka royalty yang diterima pengarang adalah Rp 50 Juta. Itu baru dari satu buku. Jika kita bisa cukup produktif mengarang banyak buku, akan lebih banyak lagi potensi penghasilan yang kita dapatkan.

Gambaran di atas adalah berbagai contoh mengembangkan potensi yang terkait dengan profesi keguruan. Dan jika kita merasa bahwa potensi kita di luar profesi keguruan cukup bisa dikembangkan, maka tidak ada salahnya mengembangkan berbagai bisnis dan usaha lain di luar profesi menjadi guru. Dan usaha yang dijalankan ini bisa berbagai bentuk sebagaimana bisnis lain secara umum. Tinggal bagaimana mengelola waktu agar tercipta keseimbangan antara tugas-tugas sebagai guru dan juga tugas-tugas “tambahan” di luar profesi guru tersebut.

Keempat, disiplin mengelola pengeluaran. Ada dua hal yang bisa dilakukan agar kita menjadi sukses secara keuangan, yaitu menambah penghasilan dan mengelola pengeluaran. Pengeluaran harus dikelola karena di sinilah sisi lain yang terkadang mengalami kebocoran. Tanpa pengelolaan pengeluaran yang baik, berapapun penghasilan yang kita terima akan habis begitu saja.

Karena itulah, perlu adanya perencanaan pengeluaran setiap bulannya. Menurut Ligwina Hananto, ahli perencana keuangan menyebutkan, selain untuk kebutuhan sehari-hari, keluarkanlah 30% setiap bulannya untuk kepentingan menabung dan investasi. Mungkin, salah satu disiplin yang sangat sulit kita jalankan adalah disiplin untuk menabung semacam ini. Selalu saja ada godaan untuk menghabiskan penghasilan bulanan kita untuk berbagai keperluan dan keinginan yang terkadang sebenarnya tidak menjadi kebutuhan. Dengan menabung dan berinvestasi, akan memudahkan kita dalam mengelola keuangan keluarga di masa mendatang.

Lantas, bolehkah kita berhutang? Boleh saja, akan tetapi, prosentasenya tidak boleh lebih dari 30% penghasilan bulanan. Disiplin untuk mengelola hutang ini juga penting, agar kita tidak terjebak penghasilan kita hanya untuk membayar hutang-hutang seumur hidup.

Menurut Safir Senduk, seorang perencana keuangan keluarga yang lain, strategi agar kita konsisten dalam menabung adalah, jangan menghitung pengeluaran untuk menabung setelah menyelesaikan perhitungan untuk pengeluaran utama. Jadikan dulu menabung sebagai salah satu item yang harus dikeluarkan bersama item-item wajib yang lain, sehingga menabung tidak lagi merupakan sisa-sisa dari penghasilan yang ada, tetapi merupakan salah satu item wajib yang harus dikeluarkan.

Contoh, penghasilan Rp 1 Juta. Biasanya kita menghitung untuk makan dan biaya lain-lain dulu, misalnya sebesar Rp 900.000, baru sisanya kita gunakan untuk menabung. Tetapi ini dibalik. Masukkan 30% untuk menabung ini dalam pengeluaran. Jika kurang, maka harus ada pengeluaran lain yang dikurangi. Dengan demikian, menabung akan terus menjadi prioritas utama saat kita membicarakan pengeluaran.

Kelima, untuk Anda umat Islam, jangan lupa bayar zakat dan bersedekah. Karena salah satu cara untuk mendapatkan penghasilan lebih besar adalah dengan bersedekah. Ust Yusuf Mansur sudah membuktikan berkali-kali bahwa jika kita ingin mendapatkan penghasilan lebih besar atau uang lebih banyak, bersedekahlah lebih besar.

Mungkin hal ini sekilas terlihat di luar logika manusia, tetapi hal itu sudah ditegaskan baik dalam Al-Qur’an maupun Al-Hadis bahwa jika kita memberi sesuatu, Allah akan membalasnya berkali-kali lipat. Keyakinan akan hal ini menjadi penting agar rezeki yang kita terima membawa berkah dan manfaat bagi kehidupan kita sekarang dan di masa mendatang.

Dari berbagai penjelasan di atas, untuk bisa menjadi kaya, seorang guru perlu mengubah paradigma yang selama ini berkembang bahwa sulit bagi guru untuk bisa menjadi kaya. Dengan mengubah paradigma semacam itu, akan timbul sikap mental yang posifit terhadap pekerjaan sebagai seorang guru.

Setelah itu, kelola penghasilan utama, dan buka kemungkinan untuk mendapatkan penghasilan lain. Dengan mengelola gaya hidup sesuai kebutuhan, akan membuat kita mampu mengelola pengeluaran dengan baik. Pada akhirnya, akan kembali kepada kita kemudian, jika ingin penghasilan dan kesejahteraan bertambah, tentu harus kerja keras untuk mencapai itu semua….

  
http://gurusukses.wordpress.com/2009/12/01/siapa-bilang-jadi-guru-tidak-bisa-kaya/

No comments:

Post a Comment

e-Learning SDN Brebeg 03

CEK DATA PNS KAB. CILACAP

GURU SDN BREBEG 03

PALING BANYAK DICARI

Mugi Santosa. Powered by Blogger.
PENGUMUMAN : PATUHI PROTOKOL KESEHATAN Admin

STATISTIK

PENGUNJUNG BULAN INI

CHANNEL YOUTUBE SILAHKAN KUNJUNGI

PENGASUH

My photo
" Sebaik - baiknya manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain"
Diolah Oleh :

Kata Mutiara


Memohonlah kepada Allah supaya memperbaiki hati dan niatmu, karena tidak ada sesuatu yang paling berat untuk kau obati selain keduanya. Ketika hatimu sedang menghadap (Allah) maka seketika mungkin untuk berpaling, maka ketika menghadap itulah engkau harus merampasnya supaya tidak berpaling. – Uwais al Qarni/ Bahjatul Majalis,Ibnu Abdil Barr

“Dengan kecerdasan jiwalah manusia menuju arah kesejahteraan.” – Ki Hajar Dewantara